Kumpulan Kata Kata Mutiara Bung Karno Tentang Imperialisme, Keadilan dan Kemerdekaan

Kumpulan Kata Mutiara Bung Karno, Sang Proklamator Republik Indonesia yang tetap ada di hati Bangsa Indonesia

RiauOnline.id, Kata Mutiara Bung Karno — Siapa orang yang kerab dikenal dengan nama ‘Bung Karno’ ini? Pasti nama ini sudah melekat bahkan untuk mereka yang masih duduk di bangku SD pun akan tahu siapa nama ini.

…Dia lah sang proklamator Kemerdekaan Bangsa Indonesia!

‘The Funding Father of Indonesia…’

Nama Ir. Soekarno atau Bung Karno merupakan presiden Indonesia pertama sekaligus sebagai sosok yang membacakan deklarasi Kemerdekaan Indonesia yang hingga saat ini kita kenal dengan sebutan ‘Proklamasi Indonesia’.

Biodata Ir. Soekarno

Biodata Ir. Soekarno
Biodata Ir. Soekarno

Sebelum kita mengulas beberapa Kata Mutiara yang pernah beliau sampaikan maka sejenak kita mengenal kembali Biodata Singkat dari Presiden Pertama Republik Indonesia.

  • Nama Lengkap : Soekarno
  • Alias : Bung Karno | Pak Karno
  • Profesi : Pahlawan Nasional
  • Agama : Islam
  • Tempat Lahir : Surabaya, Jawa Timur
  • Tanggal Lahir : Kamis, 6 Juni 1901
  • Warga Negara : Indonesia
  • Anak : Megawati Soekarnoputri, Mohammad Guruh Irianto Soekarnoputra, Guntur Soekarnoputra, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Taufan Soekarnoputra , Bayu Soekarnoputra, Totok Suryawan, Kartika Sari Dewi Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri
  • Ibu : Ida Ayu Nyoman Rai
  • Istri : Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi, Haryati, Yurike Sanger, Heldy Djafar, Fatmawati Soekarno

Kumpulan Kata Mutiara Bung Karno Tentang imperialisme

Kumpulan Kata Mutiara Bung Karno Tentang imperialisme
Kumpulan Kata Mutiara Bung Karno Tentang imperialisme

Imperialisme bukan saja sistem atau nafsu menaklukkan negeri atau bangsa lain, tapi imperialisme bisa juga hanya nafsu atau sistem mempengaruhi ekonomi negeri dan bangsa lain. Ia tak usah dijalankan dengan pedang atau bedil atau meriam atau kapal perang, tak usah berupa pengluasan daerah negeri dengan kekerasan senjata sebagai diartikan oleh Van Kol, tetapi juga berjalan dengan “putarlidah” atau cara “halus-halusan” saja, bisa juga berjalan dengan cara “pénétration pacifique”. [Indonesia menggugat, hlm. 81]

Menurut keyakinan kami, hilangnya pemerintah asing dari Indonesia, belum tentu juga dibarengi oleh hilangnya imperialisme asing sama sekali. [Indonesia menggugat, hlm. 81]

Benar seperti kata Jean Juares, di dalam Dewan Rakyat Perancis terhadap wakil-wakil kaum modal, “Imperialisme itulah penghasut yang besar yang menyuruh berontak; karena itu bawalah ia ke depan polisi dan hakim.” Tapi bukan imperialisme, bukan sahabat-sahabat imperialisme yang kini berada di muka mahkamah tuan-tuan Hakim tetapi kami: Gatot Mangkoeprodjo, Maskoen, Soepriadinata, Sukarno.” [Indonesia menggugat, hlm. 81]

Amboi-di manakah kekuatan duniawi yang bisa memadamkan tenaga sesuatu bangsa. Puluhan, ratusan, ya ribuan “penghasut” dan “opruieres” dan “ophitser” sudah di bui atau dibuang. Tapi tidaklah pergerakan yang umurnya lk. 20 tahun itu semakin menjadi besar ? [Indonesia menggugat, hlm. 70]

Memang zaman imperialisme modern mendatangkan “kesopanan”, mendatangkan jalan-jalan tapi apakah itu setimbang dengan bencana yang disebabkan oleh usaha-usaha partikulir itu? [Indonesia menggugat, hlm. 46]

Sejak adanya “Opendeur Politik”, juga modal Inggeris, juga modal Amerika, juga modal Jepang, juga modal lain-lain, sehingga imperialisme di Indonesia kini jadi Internasional. [Indonesia menggugat, hlm. 51]

We are often told “Colonialism is dead”. Let us not be deceived or even soothed by that. I say to you, colonialism is not yet dead. How can we say it is dead, so long as vast areas of Asia and Africa are un-free. And I beg of you do not think of colonialism only in the classic form which we of Indonesia, and our brothers in different parts of Asia and Africa knew, colonialism has also its modern dress, in the form of economic control, intellectual control, actual physical control a small, but alien- community within a nation. It is a skillfull and determined enemy, and it appears in many guises. It does not give up its loot easily, wherever, whenever and however-it-appears, colonialism is an evil thing, and one must be eradicated from the earth. [Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]

Soal jajahan, adalah soal “rugi atau untung”, soal ini bukanlah soal kesopanan atau kewajiban, soal ini ialah soal mencari hidup, soal Business ! [Di bawah bendera revolusi, hlm. 51]

Perang Kemerdekaan Amerika adalah sukses pertama perang melawan kolonialls di dalam sejarah dunia (di permukaan bumi) Maka penyair Longfellow menulis: A cry defiance and not of fear. A voice in the darkness, a knock at the door. And a word that shall echo for evermore. [Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]

Dalam tahun 1929 itu terlepaslah dari mulut saya kalimat yang terkenal, “Kaum imperialis, awaslah, jikalau nanti geledek Perang Pacific menyambar-nyambar dan membelah angkasa …., di situlah rakyat Indonesia melepaskan belenggu-belenggunya, di situ Rakyat Indonesia akan Merdeka. [Kepada bangsaku hlm. 316 ]

Memang Tuan Hakim, kami membicarakan bahwa Perang Pacific itu akan datang. Kami harus mengerti, jika bangsa Indonesia tidak segera menjadi bangsa yang teguh, kami bisa tidak tahan menderitakan pengaruh ledakan itu. [Indonesia menggugat, hlm. 164]

Pergerakan ini ialah antithese imperialisme yang terbikin oleh imperialisme Beograd. Bukan bikinan “penghasut”, bukan bikinan “opruieres”, pergerakan ini ialah bikinan kesengsaraan dan kemelaratan rakyat. [Indonesia menggugat, hlm. 71]

Bagaimana hakekatnya “budaya” atau “cultuur” yang didatangkan inperialisme moderen itu? Stockvis menyebutnya.” rakyat khatulistiwa yang korat-karit dan diperlakukan tidak semena-mena”. [Indonesia menggugat, hlm. 72]

Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa sini atau di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”. Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap pertolongan. [Indonesia menggugat, hlm. 75]

Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa sini atau di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”. Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap pertolongan. [Indonesia menggugat, hlm. 75]

Kata Mutiara Bung Karno Tentang keadilan

Kata Mutiara Bung Karno Tentang keadilan
Kata Mutiara Bung Karno Tentang keadilan

Maka karena itu jikalau kita memang betul-betul mengerti, mengingat dan mencintai rakyat Indonesia, marilah kita terima prinsip hal sociale rechvaardigheid ini yaitu bukan saja persamaan politik, harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama. [Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]

Apakah kita mau Indonesia MERDEKA, yang kaum Kapitalnya merajalela ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang dan pangan? [Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]

Saya katakan bahwa cita-cita kita dengan keadilan sosial ialah satu masyarakat yang adil dan makmur, dengan menggunakan alat-alat industri, alat-alat tehnologi yang sangat modern. Asal tidak dikuasai oleh sistem kapitalisme. [Pancasila sebagai dasar negara hlm. 115 ]

Sosialisme berarti adanya paberik yang kolektif: Adanya industrialisme yang kolektif. Adanya produksi yang kolektif. Adanya distribusi yang kolektif. Adanya pendidikan yang kolektif. [Kepada bangsaku, hlm. 381]

Dalam hubungan Internasionalpun kemerdekaan merupakan suatu jembatan, suatu jembatan untuk perjuangan bangsa-bangsa bagi persamaan derajat untuk pembentukan bangsa-bangsa dan negara- negara sehingga sanggup berdiri di atas kaki Beograd, politis, ekonomis,………” [KTT NON BLOK Beograd, 1- 9 – 1961]

Masyarakat keadilan sosial bukan saja meminta distribusi yang adil, tetapi juga adanya produksi yang secukupnya. [Pidato HUT Proklamasi, 1950]

Seorang Marhaen adalah orang yang mempunyai alat yang sedikit. Bangsa kita yang puluhan juta jiwa yang sudah dimelaratkan, bekerja bukan untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja untuk dia. Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktek. [Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 85]

Untuk menjadi “padang usaha” industrialisme, seluruh daerah Indonesia harus “Ekonomis” satu, dan supaya ekonomisnya menjadi satu, maka seluruh daerah Indonesia itu “Polltis” harus menjadi satu pula. [Kepada bangsaku, hlm. 395]

Saya teringat akan apa yang dikatakan oleh Perdana Menteri Kim Il Sung di tahun 1947: “In order to build a democratic state, the foundation of an independent economy of the nation must be established ……… without the foundation of an independent economy, we can either attain independence, nor found the state, nor subsist“.

“Untuk membangun suatu Negara yang Demokratie, maka satu ekonomi yang Merdeka harus dibangun. Tanpa ekonomi yang Merdeka, tak mungkin kita mencapai kemerdekaan, tak mungkin kita tetap hidup”. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Rakyat padang pasir bisa hidup-masa kita tidak bisa hidup! Rakyat Mongolia (padang pasir juga) bisa hidup masa kita tidak bisa membangun satu masyarakat adil-makmur gemah ripah loh jinawi, tata tentram kertaraharja, di mana si Dullah cukup sandang, cukup pangan, si Sarinem cukup sandang, cukup pangan? Kalau kita tidak bisa menyelenggarakan sandang-pangan di tanah air kita yang kaya ini, maka sebenarnya kita Beograd yang tolol, kita Beograd yang maha tolol. [Pidato Konperensi Kolombo Plan di Yogyakarta th. 1953]

Ekonomi Indonesia akan bersifat Indonesia, sistem politik Indonesia akan bersifat Indonesia masyarakat kami akan bersifat Indonesia, dan semuanya itu akan didasarkan kokoh kuat atas warisan kulturil dan spiritual bangsa kami Beograd. Warisan itu dapat dipupuk dengan bantuan dari luar, dari seberang lautan, akan tetapi bunganya dan buahnya akan memiliki sifat-sifat kami Beograd. Maka janganlah tuan- tuan mengharapkan, bahwa setiap bentuk bantuan yang tuan berikan akan menghasilkan cerminan dari diri tuan-tuan Beograd. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Gemah ripah loh jinawi, tata tentram kerta raharja, para kawula iyeg rumagang ing gawe, tebih saking laku cengengilan adoh saking juti. Wong kang lumaku dagang, rinten dalu tan wonten pedote, labet saking tan wonten sansayangi margi. Subur kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tinuku. Bebek ayam raja kaya enjang medal ing panggenan, sore bali ing kandange dewe-dewe. Ucapan-dalang dari bapaknya-embahnya-buyutnya-canggahnya, warengnya-udeg-udegnya- gantung siwurnya. Bekerja bersatu padu, jauh daripada hasut, dengki, orang berdagang siang malam tiada hentinya, tidak ada halangan di jalan. Inipun menggambarkan cita-cita sosialisme. [Pidato Hari Ibu 22 Desember 1960]

Dan sejarah akan menulis: di sana di antara benua Asia dan Australia, antara Lautan Teduh dan Lautan Indonesia, adalah hidup satu bangsa yang mula-mula mencoba untuk kembali hidup sebagai bangsa, tetapi akhirnya kembali menjadi satu kuli di antara bangsa-bangsa kembali menjadi : een natie van koelies, en een kolie onder de naties. Maha Besarlah Tuhan yang membuat kita sadar kembali sebelum kasip. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Suatu bangsa hanyalah menjadi kuat kalau patriotismenya meliputi patriotisme ekonomi. Ini memang jalan yang benar kearah kekuatan bangsa, jalan yang jujur, jalan yang tepat. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Kalau bangsa bangsa yang hidup di padang pasir yang kering dan tandus bisa memecahkan persoalan ekonominya kenapa kita tidak? Kenapa tidak? Coba pikirkan !

  1. Kekayaan alam kita yang sudah digali dan yang belum digali, adalah melimpah-limpah.
  2. Tenaga kerjapun melimpah-limpah, di mana kita berjiwa 100 juta manusia.
  3. Rakyat indonesia sangat rajin, dan memiliki ketrampilan yang sangat besar, Ini diakui oleh semua orang di luar negeri.
  4. Rakyat memiliki jiwa Gotong-royong, dan ini dapat dipakai sebagai dasar untuk mengumpulkan Funds and forces.
  5. Ambisi daya cipta Bangsa Indonesia sangat tinggi di bidang politik tinggi, di bidang sosial tinggi, di bidang kebudayaan tinggi, tentunya juga di bidang ekonomi dean perdagangan.
  6. Tradisi Bangsa lndonesia bukan tradisi, “tempe”. Kita di zaman purba pernah menguasai perdagangan di seluruh Asia Tenggara, pernah mengarungi lautan untuk berdagang sampai ke Arabia atau Afrika atau Tiongkok.

[Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Kata Mutiara Bung Karno Tentang Kemerdekaan

Kata Mutiara Bung Karno Tentang Kemerdekaan
Kata Mutiara Bung Karno Tentang Kemerdekaan

Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad Merdeka, – Merdeka atau mati ! [1 Juni 1945 lahirnya Pancasila]

We want to establish a state, “all for, all”, neither for a single individual nor for one group, whether it be a group of aristocracy or a group of wealthy-but, “all for all”. Kita ingin mendirikan satu Negara “semua buat semua”, bukan satu Negara untuk satu orang, bukan satu Negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Negara “semua buat semua”. [1 Juni 1945 lahirnya Pancasila]

Tokoh diberi hak atau tidak diberi hak, tiap-tiap bangsa tidak boleh tidak, pasti akhirnya bangkit menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah terlalu merasakan celakanya diri teraniaya oleh satu daya angkara murka. Jangan lagi manusla, jangan lagi bangsa walau cacingpun tentu bergerak berkelegut-kelegut kalau merasakan sakit. [Indonesia menggugat, hlm. 09]

Indonesia Merdeka hanyalah suatu jembatan walaupun jembatan emas di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis. [Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]

Jikalau kita membaca seorang pemimpin Irlandia lain, Erskin Childers berkata, “Kemerdekaan bukanlah soal tawar-menawar, kemerdekaan sebagai maut, dia ada atau tidak ada. Kalau orang, menguranginya, maka itu bukan kemerdekaan lagi”. [Indonesia menggugat, hlm. 86]

Kemerdekaan untuk merdeka. Kemerdekaan berarti mengakhiri untuk selama-lamanya penghisapan bangsa oleh bangsa, penghisapan- penghisapan yang tak langsung maupun penghisapan yang langsung. [Pidato KTT Non-Blok, 1- 9 -1961]

Selama rakyat belum mencapai kekuasaan politik atas negeri Beograd, maka sebagian atau semua syarat-syarat hidupnya, baik ekonomi, maupun sosial, maupun politik, diperuntukkan bagi yang bukan kepentingannya, bahkan bertentangan dengan kepentingannya. [Indonesia menggugat, hlm. 81]

Kemerdekaan adalah jembatan emas. di seberang jembatan, jembatan emas inilah kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang gagah kuat, sehat, kekal dan abadi. [Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]

Tetapi kecuali daripada itu, maka peristiwa menjadi merdekanya sesuatu bangsa yang tadinya dijajah oleh imperialisme bangsa lain, merdeka, betul-betul merdeka, dan bukan merdeka boneka. [Kepada bangsaku hlm. 375]

Perbaikan nasib ini hanyalah bisa datang seratus persen, bilamana masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imperialisme. [Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]

Update Informasi tentang sejarah lainnya Asal Usul Nama Indonesia, Dari Nederlandsch-Indie hingga To-Indo Kemudian Menjadi Indonesia