RiauOnline.id, Sejarah Lombok — Suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat memiliki deretan sejarah panjang. Sepertinya, kita harus tetap mengingat dan mempelajari Sejarah panjang ini sebagai bentuk pelestarian dan rasa kebanggaan kita terhadap Bangsa Indonesia yang memiliki beribu keanekaragaman Sejarah ini.
Salah satunya Lombok ini!
Ini hanya salah satunya, ada banyak lagi sejarah lainnya yang sebenarnya harus tetap kita pahami dan kita kaji lebih jauh lagi.
Namun,
Kali ini, kita mencoba fokus pada salah satu daerah yanga ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ini.
Daftar Isi
Suku Sasak
Sasak dan Lombok memiliki arti yang beraneka ragam yang didefinisikan oleh beberapa pakar sejarah dan sumber-sumber yang akurat.
Adapun arti Sasak dan Lombok dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sumber lisan: Sasak, karena zaman dahulu ditumbuhi hutan belantara yang sangat rapat.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: Sasak diartikan buluh bambu atau kayu yang dirakit menjadi satu.
Kitab Negarakertagama (Decawanana): Sasak dan Lombok dijelaskan bahwa Lombok Barat disebut Lombok Mirah dan Lombok Timur disebut Sasak Adi.
Dr. C.H. Goris: “Sasak berasal dari bahasa Sansekerta (Sak = pergi dan Saka = asal). Jadi Orang Sasak adalah orang yang meninggalkan negerinya dengan menggunakan rakit sebagai kendaraannya. Orang yang pergi: tersebut dimaksudkan adalah orang Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya silsilahpara bangsawan dan juga hasil sastra digubah dalam bahasa Jawa Madya dan berhuruf Jejawan (huruf sasak) “.
Dr Van Teeuw dan P. De Roo De La Faille: “Sasak berasal dari pengulangan tembasaq (kain putih) yaitu saqsaq sehingga menjadi Sasak dan kerajaan Sasak berada di sebelah barat daya “.
Ditjen Kebudayaan Provinsi Bali: “Di Pujungan Tabanan Bali terdapatsebuah tongtong perunggu yang dikeramatkan bertuliskan “Sasak dana prihan, srih javanira “. Tongtong itu ditulis setelah Anak Wungsu, sekitar abad ke- 12 M.
Dalam babad Sangupati: “Lombok terkenal dengan nama Pulau Meneng (sepi) “.
Steven van der Hagen: “Pada tahun 1603 di Labuan Lombok banyak beras yang murah dan hampir setiap hari dikirim ke Bali sehingga pelabuhan Lombok dipopulerkan menjadi Lombok”.
Sampai akhir abad ke-19, pulau Lombok terkenal dengan nama Selaparang. Kerajaan ini semula bernama Watu Parang kemudian berubah menjadi Selaparang.
Dalam suatu memoar tentang kedatangan Gadjah Mada di Lombok, waktu itu pulau Lombok disebut Selapawis (bahasa kawi: sela berarti batu dan pawis berarti ditaklukan). Jadi Selapawis berarti batu yang ditaklukan.
Suku Sasak dan Pulau Lombok
Sasak dan Lombok mempunyai kaitan yang erat sehingga tidak dapat dipisahkan.
Keduanya terjalin menjadi satu yang berasal dari kata Sa’sa’Loombo. Kata sa’ artinya satu, dan lombo’ artinya lurus. Dengan demikian, Sasak Lombok berarti satunya lurus atau “satu-satunya kelurusan”.
Selanjutnya dijelaskan arti dan makna Sasak Lombok ditinjau dari beberapa segi, antara lain:
1. Segi Bahasa
Bahasa sasak sangat sederhana, paling banyak hanya terdiri dari dua suku kata. Cukup dengan menambahkan kata “timur” atau “barat”, dan “utara” atau “selatan”. Contoh, mamben lauq, mamben deye.
Kemudian apabila di tempaf itu berdiri sebuah pohon, misalnya pohon asam, maka dusun yang dicarikan nama itu, cukup dinamakan dengan “Dasan Bagik” (bagik atau sama dengan asam),
2. Segi keyakinan dan bermasyarakat.
Suku Sasak bersandar pada Sa’sa’ Lombo’, sebagai sesuatu yang diyakini. Hal ini berpengaruh positif dalam hidup dan kehidupannya.
Adapun sikap-sikap yang dimaksudkah dalam hidup beragama yaitu:
# Penyerahan diri kepada Tuhan (Tauhid). “aninya orang yang
# Taat kepada Tuhan.
# Taat kepada pemerintah.
# Taat kepada orang tua.
Suku sasak sangat teguh memegang apa yang diajarkan kejujuran sebelumnya begitupula dalam hidup bermasyarakat seperti:
- Penyebaran Islam pada tingkat permulaan, yang shalat hanya para mubalig, karena mereka sangat taat dengan ajaran yang sudah diterimanya dari guru yang pertama tadi. Hal ini terbukti pada masyarakat yang dinamakan “Islam Wetu Telu”.
- Penduduk Lombok sangat taat kepada orang tua (ibu bapak atau orang yang lebih dewasa). Jika orang tua telah memiliki pendapat atau saran, maka yang lainnya harus ikut pendapat atau saran tersebut.
- Kejujuran atau kesederhanaan. Mereka beranggapan bahwa orang yang lebih tua dan patut lebih dihormati itu tidak akan membohonginya. Itulah yang menjadi dasar bagi masyarakat “Waktu Telu” pada masa transisinya, bahwa untuk menjalankan syari’at agama, lebih banyak diserahkan pada para kyai dan pemangkunya.
3. Segi ketaatan kepada pemerintah
Orang sasak sangat taat dalam menjalankan ajaran agamanya. Adanya ajaran-ajaran taat kepada Tuhan, taat kepada Rasul dan taat kepada pemerintah, merupakan ajaran yang harus dijalankan secara murni dan apa adanya.
Dalam hal ini nampak kelemahan bagi mereka yang bulat-bulat menyerahkan persoalannya kepada seorang pemimpin.
Kalaupun ada yang kemudian temyata menipunya, mereka juga tidak akan memberikan reaksi yang berlebihan.
Paling-paling mereka akan menggerutu dan dalam bahasa sasak mengatakan: “la penje ia penjahit, ia pete id dait, bagus pete bagus tedait, lenge pete lenge tedait”.
Dari penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan nama suku dan pulau ini berasal dari Sa’sa’Lombo’ menjadi “Sasak Lombok” yang artinya satu-satunya kelurusan.
Sifat -sifat tersebut tercermin dalam sifat datu dan pemban pada masa lampau.
Datu dan Pemban adalah sosok pemimpin yang mengayomi, mengemong rakyatnya. Pemimpinnya tidak mementingkan istana yang megah.
Yang penting rakyatnya dapat makan. Hal tersebut merupakan salah satu alasan yang kuat mengapa bangunan istana raja, datu atau pemban tidak ditemukan di Gumi Sasak.
Dengan demikian orang Sasak Lombok adalah orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran (kelurusan).