Hijaz.id, Umum — Dalam bahasa Indonesia, ada banyak sekali jenis majas baik yang digunakan untuk percakapan sehari-hari, bahasa tulisan seperti dalam cerpen, novel ataupun puisi. Salah satu majas yang sering digunakan adalah eufemisme.
Majas eufemisme ini penting diterapkan dalam beberapa hal ataupun kondisi baik secara lisan maupun tulisan.
Dari segi nama atau istilahnya memang, majas ini memang tampak asing bagi Anda yang belum paham secara mendetail. Berikut adalah pengertian eufemisme beserta ciri dan contohnya.
Daftar Isi
Apa Itu Majas Eufemisme?

Secara bahasa eufemisme berasal dari kata “euphemizein” dari bahasa Yunani yang berarti kata-kata yang baik.
Sedangkan menurut istilah, majas eufemisme adalah bentuk ungkapan halus dari ungkapan yang cenderung kasar.
Penggantian kata tersebut bertujuan agar lebih santun dan sopan saat berbicara dengan orang lain, khususnya kepada yang lebih tua ataupun orang lain yang belum kenal.
Majas jenis ini lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari baik Anda sadari ataupun tidak. Beberapa juga digunakan dalam karya sastra semacam puisi dan pantun.
Dengan begitu, majas ini adalah bentuk lain dari sinonim dari suatu kata yang terkesan kasar.
Seolah majas jenis ini memang mirip dengan peribahasa, namun tetaplah berbeda. Majas eufemisme hanya ungkapan berupa kata atau frasa yang dinilai lebih halus sebagai arti atau pengganti kata yang sejenis dengannya.
Sementara peribahasa semua kata dalam kalimat adalah satu kesatuan yang mempunyai makna tertentu. Untuk membedakannya sebaiknya simak beberapa contoh di bawah.
Fungsi Majas Eufemisme
Penggunaan majas ini berfungsi sebagai berikut:
Memperhalus Ucapan
Tidak semua orang terbiasa dengan kata-kata yang cenderung kasar, sehingga mereka sering tersinggung jika Anda ajak bercakap dengan perkataan tersebut.
Bisa jadi bahkan mereka merasa direndahkan dengan ungkapan yang kasar. Oleh sebab itu, sebaiknya gunakan kata ganti yang lebih halus berupa eufemisme agar tidak menyebabkan lawan bicara tesinggung.
Berbeda halnya jika lawan bicara Anda terbiasa dengan gaya bahasa yang relatif kasar, Anda bebas menggunakan jenis majas apa saja.
Seperti halnya berbicara dengan teman dekat yang akrab sekali dan semacamnya. Namun jika mereka adalah orang yang lebih tua atau orang lain yang belum Anda kenal sama sekali, alangkah baiknya tetap memilih gaya bahasa yang halus.
Menghormati Lawan Bicara
Sebelum melontarkan pertanyaan maupun pernyataan, lihatlah terlebih dahulu siapa lawan bicara Anda.
Jika memang itu orang yang lebih tua atau orang terhormat lebih baik gunakan kata ataupun kalimat yang halus. Seperti halnya Anda bercakap atau bertanya kepada guru, kakak, bapak ataupun ibu.
Tentu saja menggunakan kalimat dan kata yang halus membuat Anda lebih etis serta dihargai oleh banyak orang.
Jadi, pikirkanlah terlebih dahulu mengenai penggunaan bahasa, majas, dan sebagainya ketika hendak bercakap dengan orang lain maupun orang tua.
Contoh Majas Eufemisme
Ada banyak sekali contoh majas eufemisme, khususnya yang berkaitan dengan ungkapan sehari-hari, diantaranya adalah:
- Bekerja sebagai pramusaji di salah satu restoran di Surabaya (pramusaji= pelayan rumah makan)
- Nenek minta dibantu untuk pergi ke kamar kecil (kamar kecil= toilet/WC)
- Ada polisi yang dibebastugaskan karena terseret kasus penganiayaan (dibebastugaskan= diberhentikan/dipecat)
- Pak Rahmat baru saja berpulang ke Ilahi (bepulang ke Ilahi= meninggal)
- Angka tuna aksara di Indonesia semakin menurun (tuna aksara= buta huruf)
- Ketua DPR yang menjadi tersangka kasus korupsi itu memakai rompi oranye saat di bawa ke rumah tahanan (rompi oranye= pakaian tahanan, rumah tahanan= penjara/sel)
- Akhirnya, penjahat itu diamankan oleh polisi setelah ketahuan menjambret tas seorang wanita (diamankan= ditangkap)
- Dia berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah (kelas menengah ke bawah= miskin)
- Aku baru tahu kalau adiknya adalah seorang tuna wicara sejak kecil (tuna wicara= bisu)
- Kakak bekerja sebagai pramuniaga di toko retail di Surabaya (pramuniaga= penjaga toko)
- Setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak dan tepat, termasuk bagi anak tuna netra (tuna netra= buta)
- Maklum saja mereka mempunyai akal yang tidak sehat (akal yang tidak sehat= gila)
- Kampung Doli dulu merupakan pemukiman para tuna susila (tuna susila= pekerja seks komersial)
- Di rumah sakit ini banyak pasien yang mengidap penyakit langka (pasien= orang yang sakit)
- Banyak tuna karya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, ironinya mereka lulusan perguruan tinggi (tuna karya= pengangguran)
- Anak itu sering meminta izin ke belakang saat jam pelajaran (ke belakang= kamar mandi)
- Sekolah luar biasa umumnya didominasi oleh anak berkebutuhan khusus, termasuk tuna grahita (tuna grahita= keterbelakangan mental)
- Realita sosial yang terjadi di kota besar adalah banyaknya tuna wisma yang tidur di kolong jembatan (tuna wisma= gelandangan)
- Marilah kita mengheningkan cipta sejenak untuk menghormati pahlawan yang sudah mendahuluii kita (mendahului= meninggal/mati)
- Pelaku pembunuhan itu harus menghuni jeruji besi selama puluhan tahun (jeruji besi= penjara)
- Dino sebenarnya anak yang rajin serta penurut, meskipun begitu ia masih ketinggalan dengan anak-anak lainnya (ketinggalan= tidak pintar)
- Oknum dosen yang menjadi pelaku pelecehan itu diistirahatkan sementara, sehingga akhir-akhir ini tidak tampak di kampus. (diistirahatkan sementara= diskors)
- Kita tidak boleh memandang sebelah mata terhadap orang tuna daksa, justru mereka mempunyai kelebihan yang tidak bisa kita lakukan (tuna daksa= cacat fisik)
- Perempuan itu bekerja sebagai asisten rumah tangga selama bertahun-tahun di luar negeri dengan bayaran yang sangat tinggi. (asisten rumah tangga= pembantu)
- Ada yang berbeda dengan tingkah dan kebiasaan anak bungsu pak lurah (berbeda= aneh)
- Meskipun Dido hidup seorang diri, ia tetap berusaha mencari biaya hidup sendiri dengan cara jualan cilok dan pantang untuk meminta-minta. (meminta-minta= mengemis)
- Meskipun tuna netra, Fatima mampu menghafal Al Quran secara keseluruhan, bahkan hanya membutuhkan waktu dua tahun (tuna netra= buta)
Jika Anda sudah sering menggunakan majas eufemisme, sebaiknya tetap pertahankan dan biasakan dimanapun berada atau dengan siapapun.
Pada dasarnya, tidak sulit untuk menggunakan kata-kata yang lebih halus semacam majas ini.
Sebab, kata ataupun frasanya cenderung pendek dan lebih sederhana jika dibandingkan dengan peribahasa.